Selamat datang kedewasaan
Memang kalau aku ingat masa-masa puber pertama, aku sering tersenyum-senyum sendiri, menertawakan Nafsu seks-ku yang tidak kunjung padam. Bayangkan saja, Dalam sehari bisa 3 s/d 6 kali aku onani. Setiap ada kesempatan pasti langsung aku melakukannya, tidak peduli tempat dan waktu. Melihat paha sedikit, langsung saja senjataku mengeras dan tidak akan tidur jika belum dilepaskan lewat onani.
Di sekolah (Waktu itu aku SMP), di rumah, Otakku tidak pernah lepas dari keingintahuan akan artinya seks. Bagaimana nikmatnya berciuman?, Bagaimana nikmatnya mengelus buah dada wanita?, dan bagaimana jika senjataku terbenam di dalam kemaluan wanita? Bagaimana rasanya mengulum puting buah dada?, Bagaimana rasanya menjilati kemaluan wanita? Semua menjadi beban pikiranku dari hari ke hari. Paling pelampiasanku hanyalah membaca buku porno stensilan. Sambil membayangkan pelakunya adalah aku, tanganku dengan terampil melakukan kegiatan mengocok dan mengurut batang senjataku, sampai spermaku keluar. Tapi anehnya meskipun sudah keluar 3 kali tapi kalau buku yang aku baca belum selesai, tanganku tidak akan diam dan senjataku tidakakan lelah memuntahkan isinya keluar berapa kalipun. Padahal kalau sekarang boro-boro bisa 5 atau 6 kali, 2 kali saja rasanya sangat lelah. (Kenapa ya?)
Sampai suatu saat, keingintahuanku tentang seks, sedikit demi sedikit mulai kuketahui dan rasakan. Pada saat-saat sekolah, kebetulan sekali aku dikaruniakan Tuhan otak yang lumayan cemerlang. Aku selalu mendapatkan ranking pertama di kelas, meskipun juga aku mendapatkan ranking pertama dalam kebadungan. Entah sudah berapa kali aku tertangkap membawa Stensilan, rokok, bahkan ganja. Hukuman paling berat paling hanya skorsing seminggu, tapipernah juga aku disuruh keliling kelas perkelas sambil disuruh membaca stensil dan merokok, dengan membawa papan nama yang dikalungkan di leherku dengan tulisan spidol “JANGAN CONTOH AKU”. Tapi kebengalanku tidak membuat teman-temanku menjauh. Bahkan bermodalkan dengan ranking pertamaku, teman sekelasku yang mempunyai adik yang masih di SD, memintaku untuk memberikan les private di rumahnya.
Perlahan tapi pasti anak buah lesku semakin banyak. Pada akhir bulan aku bisa mengantongi Rp 300.000,- jumlah yang cukup besar buatku waktu itu, dan pada saat terima amplop gaji yang kesekian kalinya, aku mulai mewujudkan cita-cita puberku untuk menikmati indahnya seks denganseorang wanita, dari pada habis buat minum-minum dengan teman, toh tak ada salahnya aku mencoba.
Aku ingat sekali waktu itu, malam Minggu aku sedang ngumpul dengan teman-temanku sambil bergitar dan menenggak minuman keras di pinggir jalan. Tiba-tiba gerimis datang, kami semua berlarian berteduh di salah satu warung. Jam baru menunjukan pukul 22:00 tapi temanku satu persatu bubar, mungkin karena cuaca yang kurang bagus. Biasanya pasti sampai matahari terbit baru pada bubar. Aku yang rumahnya paling jauh tidak ada teman. Tinggallah aku sendirian berdiri. Rokok yang kuhisap dan minuman yang masuk ke dalam kerongkonganku tidak dapat menghalau dinginnya malam. Pikiranku semakin mengembara akan arti sebuah seks. Aku segera menyetop sebuah bajaj yang kebetulan lewat. Aku minta diantar ke Lokasi WTS kelas teri Kali Jodoh (Rumahku memang tak jauh dari lokalisasi tersebut).
Gerimis ternyata tidak menghalangi para pencari dan penjual kenikmatan bertransaksi. Suasananya masih ramai seperti pasar. Aku segera turun dari bajaj dan berjalan kaki menelusuri kompleks. Banyak sekali wanita yang asyik mengobrol, bercanda, dandanannya yang medok dan norak jelassekali, rata-rata usianya sebaya dengan mamaku. Aku terus melangkahkan kaki di tengah gerimis. Sesekali ajakan mampir berseliweran di kanan-kiriku. Aku mencoba bersikap dewasa padahal jantungku sudah bergemuruh tak karuan. Memang badanku ternasuk bongsor, sehingga orang tidak akan menyangka bahwa aku masih SMP kelas II.
Sampai lelah kakiku, aku belum menemukan wanita yang usianya muda. Aku segera menghentikan langkahku begitu kutemui warung rokok. Sambil aku membeli rokok, aku mencoba bertanya di mana ada wanita yang muda. Penjual rokok itu memberitahukan jalan kepadaku. Ternyata aku harus turun dulu dari jalan utama, melewati lorong sempit yang sumpek, akhirnya aku menemukan sekumpulan wanita muda. Baru saja aku mau menegur, mereka berebutan menarik tanganku. Aku yang memang baru pertama kali pasrah saja dan tidak dapat berbuat apa-apa, hingga akhirnya seorang wanita setengah baya melerai mereka, dan menyerahkanku kepada seorang wanita yang cukup cantik, katanya namanya Lita, sedangkan wanita yang melerai tadi adalah Mami/germo mereka. Lita membimbingku memasuki kamar sempit yang hanya berisi tempat tidur single yang sudah bau apek, dan seember air plus gayung. Aku yang waktu itu memang baru pertama kali sama sekali tidak perduli dengan keadaan kamar tempurnya, yang ada diotakku adalah bahwa sebentar lagi aku merasakan nikmatnya seks.
Lampu remang-remang jelas sekali membentuk keindahan tubuh Lita yang mulai membuka bajunya. Jantungku semakin keras berdebar. Tanpa basa-basi lagi Lita mulai menggerayangi tubuhku, baju dan celanaku langsung dilepasnya. Tidak ada pemanasan. Lita yang kini hanya mengenakan BH, dan celana dalam langsung saja menyerangku dengan kelihaiannya, Tanpa sadar aku sudah telanjang bulat. Lidahnya menari-nari di dadaku, tangannya mengocok lembut senjataku yang sudah mengeras. Kenikmatan yang timbul akibat perlakuan lita membuat seluruh tubuhku bagai dialiri setrum, dan pada saat senjataku dimasukkan ke dalam mulutnya, aku sudah tak tahan lagi, kusemprotkan seluruh spermaku ke dalam mulutnya. Lita langsung mengenakan pakaiannya kembali, aku terkejut dan menariknya.
“Belum Mbak,” kataku setengah membentak.
“Lho, bukannya Mas sudah keluar?” balas Lita.
“Iya, tapi kan belum dimasukin,” sergahku.
“Memangnya masih bisa,” bisik mesra Lita menggodaku.
Aku kala itu agak bingung dengan pertanyaannya, sekarang sih aku mengerti arah pertanyaannya.Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan rakus.
“Pela-pelan dong Mas!” protesnya.
Aku tak perduli lagi, tanganku langsung meremas buah dadanya, BH-nya segera kulepaskan, senjataku yang masih tegang menyodok-nyodok perutnya. Kulumat puting buah dadanya dengan lidahku. Lita menarik kepalaku. “Mas, jangan dihisap! Saya masih menyusui..” Aku tak peduli, imajinasiku di stensilan semua kupraktekkan, bahkan tanpa jijik aku menjilati kemaluannya. Baunya sungguh sangat tidak enak, tapi nafsuku kala itu mengalahkan semua perasaan jijik.
Perlahan kulihat Lita mulai terbawa nafsu, mungkin akibat perlakuanku yang mencumbunya habis-habisan yang tidak pernah didapatinya selama ini. “Achh, Mas! terus.. enak..” desahnya lirih.Aku semakin semangat. Tiba-tiba Lita menggenggam senjataku dan langsung membimbingnya ke lubang kemaluannya. Jantungku berdebar semakin keras. Inilah saat pertama kali senjataku terbenam ke dalam kemaluan seorang wanita. “Tekan.. Mas!” Aku langsung menekan kemaluanku sampai amblas”Achh..” Lita menjerit. Aku mulai menaikturunkan pantatku. Imajinasiku sebagai seorang lelaki perkasa membawa langkahku untuk mencoba semua gaya dalam teori, depan, samping, belakang semua kupraktekan. Lita pandai sekali mengimbangi gerakanku. Goyangan pinggulnya yang lincah semakin membuat suasana menjadi panas. Aku bertahan dengan imajinasiku untuk tidak keluar sebelum wanita keluar. Ternyata berhasil. filmbokepejpang.com Seluruh tubuhku sudah penuh dengan peluh, akhirnya entah menit keberapa, Lita histeris, seluruh tubuhnya mengejang dan bergetar dengan hebat. Ternyata dia orgasme. Aku merasakan lubang kemaluannya semakin becek. Aku berkonsentrasi penuh mendaki puncak kenikmatan, gerakan pantatku semakin cepat, dan tak beraturan. Aku mulai merasakan spermaku sudah di ujung senjataku. Lita semakin lincah menggoyangkan pinggulnya. Akhirnya dengan sekali sentakan ke dalam, amblaslah seluruh batang senjataku di dalam lubang kemaluan Lita. Seluruh tubuhku merinding merasakan ejakulasiku yang pertama di dalam lubang kemaluan seorang wanita. Aku terbaring diam mengatur jalan pernafasanku.
“Mas, baru pertama, ya?”
“Lho, kok Mbak tahu?”
Lita hanya tersenyum, lalu beranjak membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya kembali. Sesuai kesepakatan awal, aku menyerahkan uang atas kenikmatan yang kubeli. Namun sungguh diluar dugaan, Lita menampik uangnya.
“Mas, tidak usah bayar, Aku senang kok!”
“Tapi, besok-besok mampir lagi ke sini ya”
Lita lalu keluar kamar meninggalkanku seorang diri. Aku termenung membayangkan hal yang baru saja terjadi. Sungguh nikmat sekali bersetubuh dengan wanita. Gratis lagi! Besok lagi ah! aku bergumam dalam hati. Aku segera mengenakan pakaianku kembali. Gerimis di luar ternyata telah berubah menjadi hujan deras. Aku tak peduli lagi. Aku berlari, berlari dan terus berlari dari kompleks lokalisasi itu. Dengan badan basah kuyup aku berjalan menuju rumahku. Hujan deras sama sekali tak kurasakan, yang ada di pikiranku hanyalah satu, Bersetubuh itu nikmat. Sampai tak terasa aku tiba di depan rumahku.
Di kamarku, aku merenungi kembali. Perjakaku diambil seorang WTS. Dan rasa nikmat saat senjataku masuk ke dalam kemaluan seorang wanita terus terbayang. Aku merasa diriku telah Dewasa, karena telah melakukan hal yang masih dalam angan-angan pria seusiaku. Aku tersenyum membayangkan itu. Tanpa sadar tanganku kembali mengocok senjataku yang kian mengeras. Makin lama kocokanku makin cepat, hingga memancarlah lahar panas ke atas perutku. Aku tak mempedulikannya. Mataku terpejam, menikmati tidur malam yang indah. Selamat datang kedewasaan.,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT
Di sekolah (Waktu itu aku SMP), di rumah, Otakku tidak pernah lepas dari keingintahuan akan artinya seks. Bagaimana nikmatnya berciuman?, Bagaimana nikmatnya mengelus buah dada wanita?, dan bagaimana jika senjataku terbenam di dalam kemaluan wanita? Bagaimana rasanya mengulum puting buah dada?, Bagaimana rasanya menjilati kemaluan wanita? Semua menjadi beban pikiranku dari hari ke hari. Paling pelampiasanku hanyalah membaca buku porno stensilan. Sambil membayangkan pelakunya adalah aku, tanganku dengan terampil melakukan kegiatan mengocok dan mengurut batang senjataku, sampai spermaku keluar. Tapi anehnya meskipun sudah keluar 3 kali tapi kalau buku yang aku baca belum selesai, tanganku tidak akan diam dan senjataku tidakakan lelah memuntahkan isinya keluar berapa kalipun. Padahal kalau sekarang boro-boro bisa 5 atau 6 kali, 2 kali saja rasanya sangat lelah. (Kenapa ya?)
Sampai suatu saat, keingintahuanku tentang seks, sedikit demi sedikit mulai kuketahui dan rasakan. Pada saat-saat sekolah, kebetulan sekali aku dikaruniakan Tuhan otak yang lumayan cemerlang. Aku selalu mendapatkan ranking pertama di kelas, meskipun juga aku mendapatkan ranking pertama dalam kebadungan. Entah sudah berapa kali aku tertangkap membawa Stensilan, rokok, bahkan ganja. Hukuman paling berat paling hanya skorsing seminggu, tapipernah juga aku disuruh keliling kelas perkelas sambil disuruh membaca stensil dan merokok, dengan membawa papan nama yang dikalungkan di leherku dengan tulisan spidol “JANGAN CONTOH AKU”. Tapi kebengalanku tidak membuat teman-temanku menjauh. Bahkan bermodalkan dengan ranking pertamaku, teman sekelasku yang mempunyai adik yang masih di SD, memintaku untuk memberikan les private di rumahnya.
Perlahan tapi pasti anak buah lesku semakin banyak. Pada akhir bulan aku bisa mengantongi Rp 300.000,- jumlah yang cukup besar buatku waktu itu, dan pada saat terima amplop gaji yang kesekian kalinya, aku mulai mewujudkan cita-cita puberku untuk menikmati indahnya seks denganseorang wanita, dari pada habis buat minum-minum dengan teman, toh tak ada salahnya aku mencoba.
Aku ingat sekali waktu itu, malam Minggu aku sedang ngumpul dengan teman-temanku sambil bergitar dan menenggak minuman keras di pinggir jalan. Tiba-tiba gerimis datang, kami semua berlarian berteduh di salah satu warung. Jam baru menunjukan pukul 22:00 tapi temanku satu persatu bubar, mungkin karena cuaca yang kurang bagus. Biasanya pasti sampai matahari terbit baru pada bubar. Aku yang rumahnya paling jauh tidak ada teman. Tinggallah aku sendirian berdiri. Rokok yang kuhisap dan minuman yang masuk ke dalam kerongkonganku tidak dapat menghalau dinginnya malam. Pikiranku semakin mengembara akan arti sebuah seks. Aku segera menyetop sebuah bajaj yang kebetulan lewat. Aku minta diantar ke Lokasi WTS kelas teri Kali Jodoh (Rumahku memang tak jauh dari lokalisasi tersebut).
Gerimis ternyata tidak menghalangi para pencari dan penjual kenikmatan bertransaksi. Suasananya masih ramai seperti pasar. Aku segera turun dari bajaj dan berjalan kaki menelusuri kompleks. Banyak sekali wanita yang asyik mengobrol, bercanda, dandanannya yang medok dan norak jelassekali, rata-rata usianya sebaya dengan mamaku. Aku terus melangkahkan kaki di tengah gerimis. Sesekali ajakan mampir berseliweran di kanan-kiriku. Aku mencoba bersikap dewasa padahal jantungku sudah bergemuruh tak karuan. Memang badanku ternasuk bongsor, sehingga orang tidak akan menyangka bahwa aku masih SMP kelas II.
Sampai lelah kakiku, aku belum menemukan wanita yang usianya muda. Aku segera menghentikan langkahku begitu kutemui warung rokok. Sambil aku membeli rokok, aku mencoba bertanya di mana ada wanita yang muda. Penjual rokok itu memberitahukan jalan kepadaku. Ternyata aku harus turun dulu dari jalan utama, melewati lorong sempit yang sumpek, akhirnya aku menemukan sekumpulan wanita muda. Baru saja aku mau menegur, mereka berebutan menarik tanganku. Aku yang memang baru pertama kali pasrah saja dan tidak dapat berbuat apa-apa, hingga akhirnya seorang wanita setengah baya melerai mereka, dan menyerahkanku kepada seorang wanita yang cukup cantik, katanya namanya Lita, sedangkan wanita yang melerai tadi adalah Mami/germo mereka. Lita membimbingku memasuki kamar sempit yang hanya berisi tempat tidur single yang sudah bau apek, dan seember air plus gayung. Aku yang waktu itu memang baru pertama kali sama sekali tidak perduli dengan keadaan kamar tempurnya, yang ada diotakku adalah bahwa sebentar lagi aku merasakan nikmatnya seks.
Lampu remang-remang jelas sekali membentuk keindahan tubuh Lita yang mulai membuka bajunya. Jantungku semakin keras berdebar. Tanpa basa-basi lagi Lita mulai menggerayangi tubuhku, baju dan celanaku langsung dilepasnya. Tidak ada pemanasan. Lita yang kini hanya mengenakan BH, dan celana dalam langsung saja menyerangku dengan kelihaiannya, Tanpa sadar aku sudah telanjang bulat. Lidahnya menari-nari di dadaku, tangannya mengocok lembut senjataku yang sudah mengeras. Kenikmatan yang timbul akibat perlakuan lita membuat seluruh tubuhku bagai dialiri setrum, dan pada saat senjataku dimasukkan ke dalam mulutnya, aku sudah tak tahan lagi, kusemprotkan seluruh spermaku ke dalam mulutnya. Lita langsung mengenakan pakaiannya kembali, aku terkejut dan menariknya.
“Belum Mbak,” kataku setengah membentak.
“Lho, bukannya Mas sudah keluar?” balas Lita.
“Iya, tapi kan belum dimasukin,” sergahku.
“Memangnya masih bisa,” bisik mesra Lita menggodaku.
Aku kala itu agak bingung dengan pertanyaannya, sekarang sih aku mengerti arah pertanyaannya.Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan rakus.
“Pela-pelan dong Mas!” protesnya.
Aku tak perduli lagi, tanganku langsung meremas buah dadanya, BH-nya segera kulepaskan, senjataku yang masih tegang menyodok-nyodok perutnya. Kulumat puting buah dadanya dengan lidahku. Lita menarik kepalaku. “Mas, jangan dihisap! Saya masih menyusui..” Aku tak peduli, imajinasiku di stensilan semua kupraktekkan, bahkan tanpa jijik aku menjilati kemaluannya. Baunya sungguh sangat tidak enak, tapi nafsuku kala itu mengalahkan semua perasaan jijik.
Perlahan kulihat Lita mulai terbawa nafsu, mungkin akibat perlakuanku yang mencumbunya habis-habisan yang tidak pernah didapatinya selama ini. “Achh, Mas! terus.. enak..” desahnya lirih.Aku semakin semangat. Tiba-tiba Lita menggenggam senjataku dan langsung membimbingnya ke lubang kemaluannya. Jantungku berdebar semakin keras. Inilah saat pertama kali senjataku terbenam ke dalam kemaluan seorang wanita. “Tekan.. Mas!” Aku langsung menekan kemaluanku sampai amblas”Achh..” Lita menjerit. Aku mulai menaikturunkan pantatku. Imajinasiku sebagai seorang lelaki perkasa membawa langkahku untuk mencoba semua gaya dalam teori, depan, samping, belakang semua kupraktekan. Lita pandai sekali mengimbangi gerakanku. Goyangan pinggulnya yang lincah semakin membuat suasana menjadi panas. Aku bertahan dengan imajinasiku untuk tidak keluar sebelum wanita keluar. Ternyata berhasil. filmbokepejpang.com Seluruh tubuhku sudah penuh dengan peluh, akhirnya entah menit keberapa, Lita histeris, seluruh tubuhnya mengejang dan bergetar dengan hebat. Ternyata dia orgasme. Aku merasakan lubang kemaluannya semakin becek. Aku berkonsentrasi penuh mendaki puncak kenikmatan, gerakan pantatku semakin cepat, dan tak beraturan. Aku mulai merasakan spermaku sudah di ujung senjataku. Lita semakin lincah menggoyangkan pinggulnya. Akhirnya dengan sekali sentakan ke dalam, amblaslah seluruh batang senjataku di dalam lubang kemaluan Lita. Seluruh tubuhku merinding merasakan ejakulasiku yang pertama di dalam lubang kemaluan seorang wanita. Aku terbaring diam mengatur jalan pernafasanku.
“Mas, baru pertama, ya?”
“Lho, kok Mbak tahu?”
Lita hanya tersenyum, lalu beranjak membersihkan diri dan mengenakan pakaiannya kembali. Sesuai kesepakatan awal, aku menyerahkan uang atas kenikmatan yang kubeli. Namun sungguh diluar dugaan, Lita menampik uangnya.
“Mas, tidak usah bayar, Aku senang kok!”
“Tapi, besok-besok mampir lagi ke sini ya”
Lita lalu keluar kamar meninggalkanku seorang diri. Aku termenung membayangkan hal yang baru saja terjadi. Sungguh nikmat sekali bersetubuh dengan wanita. Gratis lagi! Besok lagi ah! aku bergumam dalam hati. Aku segera mengenakan pakaianku kembali. Gerimis di luar ternyata telah berubah menjadi hujan deras. Aku tak peduli lagi. Aku berlari, berlari dan terus berlari dari kompleks lokalisasi itu. Dengan badan basah kuyup aku berjalan menuju rumahku. Hujan deras sama sekali tak kurasakan, yang ada di pikiranku hanyalah satu, Bersetubuh itu nikmat. Sampai tak terasa aku tiba di depan rumahku.
Di kamarku, aku merenungi kembali. Perjakaku diambil seorang WTS. Dan rasa nikmat saat senjataku masuk ke dalam kemaluan seorang wanita terus terbayang. Aku merasa diriku telah Dewasa, karena telah melakukan hal yang masih dalam angan-angan pria seusiaku. Aku tersenyum membayangkan itu. Tanpa sadar tanganku kembali mengocok senjataku yang kian mengeras. Makin lama kocokanku makin cepat, hingga memancarlah lahar panas ke atas perutku. Aku tak mempedulikannya. Mataku terpejam, menikmati tidur malam yang indah. Selamat datang kedewasaan.,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT